Setelah mendapatkan vaksin Covid-19 lengkap pada bulan Mei 2021, ternyata aku tetap terpapar covid di bulan Juli 2021. Memang pada bulan ini kasus covid-19 di Indonesia sedang berada pada level tertinggi. Aku hanya mengalami gejala ringan berupa demam 2 hari, dilanjutkan dengan kehilangan indra penciuman selama beberapa hari. Indra pengecap ngga totally lost, masih tetap bisa merasakan rasa tunggal seperti manis, asin walau samar. Namun tidak bisa merasakan perpaduan beberapa seperti rasa gurih.

Tiga hari sebelum demam ada pegawai toko yang baru kembali dari kampung dan merasa kurang fit karena dia mulai flu dan badannya pegal-pegal. Senin (12 Juli) subuh aku begadang karena ingin menyaksikan final piala Eropa 2020. Tujuan utamaku bela-belain begadang karena ingin menjadi satu dari jutaan saksi mata yang akan melihat kemenangan tim Inggris untuk pertama kali dalam sejarah piala Eropa. Eh, yang menang malah Italia, hahah..

Selasa pagi mulai demam, hajar dengan minum paracetamol dan bergelas-gelas air hangat. Kamis pagi demam sudah hilang. Thanks God. Kamis malam setelah antar Bi Uda ke RS Bunda Thamrin untuk rawat isolasi karena hasil PCR-nya +, aku pun test PCR karena merasa kontak erat dengan Bi Uda. Jumat siang aku mendapatkan hasil PCR positif dengan CT-value 19, cukup rendah dibanding standar CT-value minimal 36.

Bersyukur aku tetap tenang walaupun hasil PCR-ku +, mungkin karena aku sudah vaksin dan gejalaku hanya ringan. Demi keamanan banyak orang kuputuskan untuk tetap menjalankan isolasi mandiri selama 14 hari dan memberitahu pengurus komplek perumahan. Langsung berkonsultasi online dengan dokter melalui app Halodoc. Melihat hasil PCR dan gejala yang kualami, dokter meresepkan obat anti virus Avigan, vitamin D3 dan multivitamin Zegafit. Avigan cukup sulit didapat tapi puji Tuhan berhasil didapatkan oleh Pak Gi dan Mak Gi dengan harga normal. Toko juga tutup 5 hari selama proses memastikan seluruh pegawai tidak ada yang terpapar sehingga toko aman untuk beroperasi kembali.

Selama isoman aku benar-benar tinggal di dalam rumah. Sekali lagi bersyukur karena aku tinggal sendirian, jadi ya ngga harus terus-terusan di kamar. Walaupun sendirian aku tidak merasa kesepian. Kegiatanku selama isoman: setiap pagi pasti berjemur, masak, mencuci pakaian, menyetrika, menyapu, mengepel.  Komunikasi dengan keluarga dan teman dilakukan via WA chatting ataupun video call. Aku juga mendapatkan banyak kiriman makanan bergizi siap santap, bahan makanan, buah-buahan dari kakakku, tetangga dan teman-teman. Sangat bersyukur dan terberkati dengan semua perhatian dan doa yang dikirimkan untuk aku.

Aku sudah berencana selama masa isoman untuk menulis/mengupdate blog, mengerjakan kristik atau pun membaca buku sampai tamat, tapi tak ada satupun yang berhasil dilaksanakan, heheh.. Aku juga mencoba meningkatkan kemampuan memasak-ku. Lumayanlah aku tetap bisa menghabiskan makanan yang kumasak. Namun pada akhirnya aku harus bisa menerima kenyataan bahwa aku takkan pernah diminta untuk jadi juru masak, hahah..

Tanggal 04 Agustus 2021 aku mengakhiri masa isomanku. Aku tidak melakukan test PCR lagi dengan pertimbangan selama isoman tidak ada gejala baru yang timbul. Aku justru melakukan test kesehatan pasca covid, khususnya mengecek level d-dimer, foto thorax dan cek darah lengkap. Puji Tuhan hasilnya semua normal di angka rujukan.

Walau sudah selesai isoman, aku menahan diri untuk tidak dulu mengunjungi Mamak meskipun sudah kangen berat. Kondisi Mamak yang agak pikun membuat dia merasa selalu bertemu dengan aku setiap hari, padahal sebenarnya kami bertemu lewat video call. Sisi baiknya, Mamak ngga mencemaskan keadaanku yang terpapar covid sehingga imun Mamak baik-baik saja. Aku baru bertemu Mamak 3 minggu setelah selesai isoman.

Aku bersyukur bisa beristirahat 14 hari untuk memulilhkan tubuhku. Bersyukur diberi kemampuan untuk melawan Covid-19. Tentu saja semua ini hanya karena kasih karuniaNya.

Isoman Diary

Leave a comment